Di ujung timur Jawa Barat, tepat di perbatasan dengan Jawa Tengah, berdiri kokoh sebuah kota tua yang kaya akan sejarah dan budaya Cirebon.
Dikenal sebagai “Kota Udang”, Cirebon bukan hanya tentang seafood lezat atau batik megah Megamendungnya. Kota ini adalah mozaik pesisir yang memukau, tempat di mana pengaruh Sunda, Jawa, China, dan Arab berpadu harmonis, menciptakan lanskap wisata yang unik dan memikat.
- Keraton Kasepuhan: Warisan Kejayaan Maritim
Ketika memasuki kompleks Keraton Kasepuhan, Anda seolah-olah melintasi portal waktu menuju era kejayaan maritim Nusantara. Didirikan pada abad ke-15 oleh Pangeran Cakrabuana, keraton ini menjadi saksi bisu masa-masa ketika Cirebon menjadi pelabuhan penting di Jalur Sutra.
Arsitekturnya adalah perpaduan unik gaya Sunda, Jawa, dan pengaruh asing, terlihat dari ornamen naga di gerbang utama simbol kekuasaan China hingga kaligrafi Arab di dinding-dinding keraton. Jangan lewatkan Bangsal Prabayaksa, aula utama keraton yang dihiasi ukiran kayu rumit dan singgasana sultan.
Di sini, Anda bisa melihat benda-benda pusaka seperti keris dan tombak kuno. Yang paling menarik adalah Kereta Singa Barong, kereta kencana megah bermotif singa yang konon dibuat tanpa paku, melambangkan kekuatan dan kemakmuran kesultanan.
- Gua Sunyaragi: Pertapaan di Tengah Kota
Hanya beberapa kilometer dari hiruk-pikuk kota, tersembunyi sebuah kompleks pertapaan yang unik, Gua Sunyaragi. Dibangun pada tahun 1703, tempat ini dulunya digunakan oleh para pangeran dan ulama untuk bermeditasi.
Yang membuat Sunyaragi istimewa adalah arsitekturnya; bukan gua alami, melainkan struktur batu karang raksasa yang dipahat dan disusun sedemikian rupa hingga membentuk ruang-ruang, lorong, dan menara.
Saat menjelajahi kompleks ini, Anda akan merasakan atmosfer spiritual yang kuat. Air mengalir lembut dari mata air, menciptakan kolam-kolam kecil. Dinding-dinding batu dihiasi relief yang menggambarkan kisah-kisah sufi dan falsafah hidup.
Di puncak kompleks, berdiri Gua Padang Ati, tempat paling sakral yang dulu digunakan untuk kontemplasi tingkat tinggi. Dari sini, Anda bisa menikmati pemandangan seluruh kota Cirebon.
- Pantai Kejawanan: Romantisme Senja Pantura
Pantai dan romantisme mungkin bukan dua hal yang langsung terlintas saat memikirkan jalur Pantura yang sibuk. Namun, Pantai Kejawanan di Cirebon mengubah persepsi itu. Terletak sekitar 5 km dari pusat kota, pantai ini menawarkan pemandangan senja yang menakjubkan, dengan matahari yang perlahan tenggelam di balik Gunung Ciremai.
Yang unik dari Kejawanan adalah dermaga panjangnya yang menjorok ke laut. Di sini, Anda bisa berjalan santai ditemani semilir angin laut, atau sekadar duduk di ujung dermaga sambil memandang nelayan yang mulai melaut.
Saat malam tiba, lampu-lampu perahu nelayan berpendar di kejauhan, menciptakan pemandangan yang romantis. Jangan lupa untuk mencicipi hidangan laut segar yang dijajakan di sepanjang pantai, dari udang bakar hingga kepiting saus padang.
- Masjid Merah Panjunan: Jejak Islam Awal di Tanah Sunda
Di tengah-tengah kawasan Pecinan yang sibuk, berdiri megah sebuah masjid bercat merah bata Masjid Panjunan. Didirikan pada abad ke-15 oleh Pangeran Panjunan, salah satu Wali Songo, masjid ini adalah bukti nyata penyebaran Islam awal di tanah Sunda.
Warna merahnya bukan tanpa arti; melambangkan keberanian dan keteguhan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah masyarakat yang saat itu masih didominasi Hindu-Buddha. Memasuki masjid, Anda akan disambut oleh pilar-pilar besar dan mihrab yang dihiasi ukiran kayu dan kaligrafi indah. Yang menarik adalah sumur tua di halaman masjid.
Konon, air sumur ini digunakan oleh Sunan Gunung Jati untuk berwudhu, dan dipercaya memiliki khasiat penyembuhan. Di sekitar masjid, terdapat perkampungan pengrajin keramik tradisional. Anda bisa melihat langsung proses pembuatan keramik dan membeli beberapa sebagai oleh-oleh.
- Batik Trusmi: Membatik di Pusat Tradisi
Berbicara tentang Cirebon tanpa menyebut batik rasanya tidak lengkap. Dan jika ada satu tempat yang mewakili kekayaan batik Cirebon, itu adalah Desa Trusmi. Terletak sekitar 7 km dari pusat kota, desa ini adalah pusat produksi batik tertua di Cirebon, dengan sejarah yang ditenun sejak abad ke-14. Di Trusmi, Anda tidak hanya bisa berbelanja batik, tetapi juga belajar langsung dari para maestro.
Cobalah workshop membatik, di mana Anda akan diajarkan teknik tradisional menggunakan canting dan malam (lilin). Pilihlah motif khas Cirebon seperti Megamendung (awan berarak), Paksinaga Liman (perpaduan naga, burung, dan gajah), atau Patran Kangkung. Setiap motif memiliki filosofi mendalam, mencerminkan kebijaksanaan hidup masyarakat pesisir.
Bagi sebagian orang, Cirebon mungkin hanya dikenal sebagai kota transit di jalur Pantura. Namun, bagi mereka yang mau menjelajah lebih dalam, kota ini menyimpan pesona yang luar biasa. Dari kemegahan Keraton Kasepuhan hingga ketenangan Setu Patok, dari spiritualitas Gua Sunyaragi hingga romantisme Pantai Kejawanan, Cirebon menawarkan pengalaman wisata yang kaya dan beragam.
Kota ini adalah mozaik pesisir yang indah, tempat wisata di Cirebon di mana setiap kepingan Sunda, Jawa, China, Arab menyatu harmonis, menciptakan identitas unik yang tidak ditemukan di tempat lain. Jadi, lain kali Anda melintasi Pantura, jangan sekadar lewat. Berhentilah sejenak, selamilah kedalaman sejarah dan budayanya. Cirebon, dengan segala pesonanya, siap menyambut Anda.